DAERAH - Kelompok wanita tani dua sejahtera Gampong Pucok Krueng dan Gampong Ladang Tengoh Kecamatan Pasie Raja, berhasil mengolah limbah hasil penyulingan minyak nilam menjadi pupuk kompos organik kualitas terbaik melalui semi tekhnologi hasil binaan tenaga penyuluhan dari Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian (BKPPP) Aceh Selatan.
Dengan menggunakan fasilitas pengolahan seadanya, selama kurun waktu selama satu bulan sejak dimulai pengolahan, kelompok wanita tani kreatif tersebut telah mampu menghasilkan produksi pupuk organik sekitar 3 ton.
Hasil produksi selain di gunakan untuk kebutuhan sendiri di lahan pertanian milik anggota kelompok, seperti untuk pupuk di kebun nilam, cabai, sayur-sayuran, jahe dan tanaman seledri juga telah berhasil dipasarkan ke luar Kecamatan Pasie Raja, yakni antara lain ke Kota Tapaktuan dan Kluet Timur.
Pantauan langsung wartawan yang turun langsung ke lokasi bersama Kepala BKPPP Aceh Selatan, TR Fahsul Falah MSi, Kamis (2/5) dapat melihat langsung bahwa di lahan pertanian milik kelompok tani wanita yang menggunakan pupuk kompos organik hasil pengolahan sendiri itu, beberapa tanaman tampak tumbuh subur dan daunnya hijau, yang mengindikasikan bahwa pupuk kompos organik tersebut berkualitas sangat bagus dan alami.
Ketua seksi kompos kelompok tani wanita dua sejahtera, Sarinah (40) kepada wartawan di Pasie
Raja menjelaskan, ide pengolahan limbah nilam menjadi pupuk kompos organik tersebut baru terpikir oleh pihaknya setelah turunnya tenaga penyuluh dari BKPPP Aceh Selatan mengajari mereka cara untuk mengolah limbah nilam itu menjadi pupuk kompos.
“Sebelumnya kami tidak pernah terpikir untuk mengolah limbah nilam itu menjadi pupuk kompos, padahal sudah sejak lama NGO USAID telah menghibahkan satu unit mesin pemotong limbah ke gampong kami, tapi karena saat itu kami tidak tahu bagaimana cara mengolahnya, maka mesin itu terbengkalai begitu saja selama ini,” ujar Saribah.
Ia menjelaskan, untuk mengolah pupuk kompos itu selain menggunakan material limbah nilam juga menggunakan campuran daun-daun kayu hijau yang tidak ada minyak, kotoran sapi atau kerbau dan ayam, serta di campur dengan EM4 (pupuk cair untuk mengurai bakteri).
“EM4 ini ada di jual di toko harga per botolnya sekitar Rp 50 ribu, tapi setelah kami diajarkan oleh penyuluh BKPPP untuk membuat sendiri pupuk organik EM4 dengan menggunakan campuran susu, gula, ragi, limbah pengolahan padi, akhirnya kami tidak lagi menggunakan EM4 yang dijual di toko, tapi sudah mengolah sendiri,” papar Sarinah.
Menurutnya, kendala yang di hadapi pihaknya selama ini adalah tidak adanya bak penampung limbah dalam skala besar, sebab bak penampung yang ada saat ini sangat kecil sehingga tidak dapat mengolah limbah nilam menjadi pupuk kompos organik tersebut dalam skala besar atau dalam jumlah banyak.
“Dengan belum tersedianya bak penampung yang besar itu saja, kami telah mampu mengolah hasil produksi pupuk kompos sebanyak 3 ton selama kurun waktu satu bulan bekerja. Apalagi telah ada bak penampung yang besar serta peralatan lainnya, jika Pemerintah bersedia membantu kebutuhan kami tersebut, tentu saja kami dapat mengolah hasil produksi pupuk organik dalam skala atau jumlah yang besar,” ujar Sarinah penuh optimis.
Kepala BKPPP Aceh Selatan, TR Fahsul Falah MSi mengatakan, dalam rangka peningkatan taraf ekonomi warga, pihaknya merasa terdorong melakukan pembinaan dan pengembangan kelompok tani wanita dua sejahtera gampong Pucok Krueng dan Gampong Ladang tengoh Kecamatan Pasie Raja tersebut dalam bentuk pengolahan limbah nilam menjadi pupuk kompos organik.
“Ketika saya mengetahui bahwa di gampong Pucok Krueng dan Ladang Tengoh ini memiliki potensi besar untuk di kembangkan pupuk kompos organik, saya langsung memerintahkan atau menerjunkan tenaga penyuluh yang ahli di bidangnya ke lapangan untuk mengajari ibu-ibu kelompok tani ini cara mengolah limbah nilam menjadi pupuk kompos dan alhamdulillah saat ini telah membuah hasil,” kata TR Fahsul Falah.
Menurutnya, dalam rangka pengembangan hasil produksi kelompok tani wanita itu secara lebih luas lagi, maka ke depan pihaknya akan memfasilitasi dan terus membina kelompok tani tersebut dalam konteks cara pengembangan usaha itu lebih maju dan berkembang lagi.
“Jika kelompok tani wanita ini telah mampu memproduksi pupuk kompos organik dalam skala atau jumlah besar, maka kami akan memfasilitasi cara pemasaran supaya lancar serta dengan harga yang sesuai. Termasuk juga akan memfasilitasi mereka cara melakukan packing dan penerbitan lable resmi atas nama usaha kelompok mereka,” pungkasnya. (andalas.com)