TAPAKTUAN - Kehadiran pabrik kayu olahan (sawmill) di kawasan Kluet Selatan, Bakongan, dan Trumon, Aceh Selatan mengancam keselamatan dan kelestarian Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Sebab, hutan lindung yang ada di Aceh Selatan berada di ketiga kecamatan tersebut.
Demikian disampaikan sejumlah pegiat LSM di Aceh Selatan, Senin (11/3), yang menyimpulkan, kayu hutan yang akan dijadikan bahan baku pabrik diduga ditebang dari kawasan konservasi alam itu.
Aksi pembalakan liar di kawasan hutan inti Leuser Aceh Selatan sebagimana dilaporkan Sabtu lalu, semakin marak. Namun, upaya penghentiannya sulit dibendung karena adanya sinyalemen bahwa aparat pemerintah di Aceh Selatan ikut terlibat.
LSM di bidang lingkugan hidup seperti Yayasan Gampong Hutan Lestari (YGHL), mengatakan, mereka anti dengan adanya kebijakan membangun pabrik kayu di sekitar Leuser. "Kami memprotes itu karena dapat mengancam keberadaan TNGL," kata Koordinator YGHL Tapaktuan, Sarbunis.
Selain dua kilang kayu yang memiliki dua-tiga meja penggergajian yang beroprasi di Bakongan Timur dan Trumon, juga terdapat satu kilang dengan kapasitas lebih besar plus pabrik kayu lapis (plywood) yang berlokasi di bibir hutan TNGL yakni di perbatasan Kluet Selatan dan Bakongan.
Menurut keterangan, kilang tersebut dikelola seorang pengusaha asal Medan (Sumut) yang disebut-sebut telah mengantungi izin dari pihak terkait.
Menurut Ketua LSM Libas Aceh Selatan, Meyfendri, kehadiran kilang kayu tersebut tidak menjamin tidak merambah hutan lindung TNGL sebagaimana terjadi baru-baru ini di Suak Belimbing. Padahal, di lokasi ini terdapat Pos Pemantauan/Pengamanan Hutan Leuser yang dijaga petugas. Namun, pembalakan liar terus terjadi tanpa adanya upaya penghentian.
Kepala Bidang TNGL Tapaktuan, Drs Rusman, bahkan menilai ironis jika adanya kilang-kilang besar di kawasan itu. "Ironis bila ada sawmill di sekitar kawasan TNGL. Bagaimana kita dapat menertibkan aksi itu?" katanya. (m/ANL)
Aksi pembalakan liar di kawasan hutan inti Leuser Aceh Selatan sebagimana dilaporkan Sabtu lalu, semakin marak. Namun, upaya penghentiannya sulit dibendung karena adanya sinyalemen bahwa aparat pemerintah di Aceh Selatan ikut terlibat.
LSM di bidang lingkugan hidup seperti Yayasan Gampong Hutan Lestari (YGHL), mengatakan, mereka anti dengan adanya kebijakan membangun pabrik kayu di sekitar Leuser. "Kami memprotes itu karena dapat mengancam keberadaan TNGL," kata Koordinator YGHL Tapaktuan, Sarbunis.
Selain dua kilang kayu yang memiliki dua-tiga meja penggergajian yang beroprasi di Bakongan Timur dan Trumon, juga terdapat satu kilang dengan kapasitas lebih besar plus pabrik kayu lapis (plywood) yang berlokasi di bibir hutan TNGL yakni di perbatasan Kluet Selatan dan Bakongan.
Menurut keterangan, kilang tersebut dikelola seorang pengusaha asal Medan (Sumut) yang disebut-sebut telah mengantungi izin dari pihak terkait.
Menurut Ketua LSM Libas Aceh Selatan, Meyfendri, kehadiran kilang kayu tersebut tidak menjamin tidak merambah hutan lindung TNGL sebagaimana terjadi baru-baru ini di Suak Belimbing. Padahal, di lokasi ini terdapat Pos Pemantauan/Pengamanan Hutan Leuser yang dijaga petugas. Namun, pembalakan liar terus terjadi tanpa adanya upaya penghentian.
Kepala Bidang TNGL Tapaktuan, Drs Rusman, bahkan menilai ironis jika adanya kilang-kilang besar di kawasan itu. "Ironis bila ada sawmill di sekitar kawasan TNGL. Bagaimana kita dapat menertibkan aksi itu?" katanya. (m/ANL)
