suasana di persimpangan Jalan Sudirman dan Jalan Teuku Umar Tapaktuan | analisa |
TAPAKTUAN - Pasar penganan dan minuman pembuka puasa di Tapaktuan, Ibukota Kabupaten Aceh Selatan relatif sepi. Antusias pembeli hanya terlihat pada pekan pertama bulan puasa, namun setelah itu tidak terlihat animo menggebu-gebu.
Menurut pantauan, Rabu (24/7), hingga pukul 16.00 Wib, saat para penjual mulai memajang dagangannya suasana terlihat sepi dan banyak penjual duduk manis menanti pelanggan. Arus pembeli baru mulai terlihat menjelang pukul 17.00 Wib, itu pun hanya berlangsung singkat dan satu jam kemudian suasana kembali berangsur sepi.
Pasar penganan pembuka puasa di Tapaktuan menawarkan berbagai jenis kue, mulai kue tradisional, seperti lepat koci, boh rum-rum, kue talam dan berbagai jenis lainnya. Sementara minuman pembuka meliputi antara lain es campur, es teller, sop buah, air tebu, air kelapa muda, es kacang.
Para penjual mangkal di sejumlah ruas jalan protokol di pusat kota dengan etalase penuh barang dagangan. Seperti di Jalan Merdeka, Jalan Sudirman, Jalan A.Yani, dan Jalan Syeikh Abdurrauf, hingga Jalan TR Angkasah di Lhok Bengkuang di wilayah timur kota.
Kue rata-rata dijual dengan harga Rp2.000/3 buah hingga Rp1.000/buah. Sementara minuman pembuka termasuk air kelapa muda berkisar dari Rp3.000/porsi hingga Rp5.000/porsi.
Menurut keterangan, sepinya pasar penanganan dan minuman pembuka puasa diperkirakan akibat pengaruh bulan tua, atau di pengujung bulan di mana belum tiba hari gajian. Diperkirakan, awal bulan atau menjelang akhir Ramadan suasana pasar baru ramai karena sudah tiba hari gajian. “Pembeli memang rada sepi akibat belum tiba hari gajian,” kata Elfiani, seorang penjual kue yang mangkal di Jalan Syeikh Abdurrauf.
Berbeda dengan rata-rata ibukota kabupaten lainnya di Provinsi Aceh, dinamika perekonomian di Tapaktuan sangat tergantung keberadaan pegawai negeri sipil dan aktivitas proyek-proyek pemerintah. Pada saat gajian PNS atau proyek mulai berjalan, suasana pasar terlihat ramai, dan begitu pula sebaliknya.
Jangan heran kalau disebutkan, mungkin Tapaktuan lah satu-satunya kota di Aceh yang memiliki aktivitas pasar hanya setengah hari. Lewat pukul 12.00 Wib siang kota itu langsung sepi. Tidak seperti Blangpidie, Ibukota Kabupaten Aceh Barat Daya, yang merupakan hasil pemekaran Aceh Selatan.
Di Blangpidie pasar hidup hingga malam hari karena didukung sektor riil. Masyarakat tidak hanya mengharapkan peredaran uang dari gaji PNS dan dana proyek pemerintah, sebab di sana terdapat banyak sumber dana lainnya, seperti dari keberadaan kebun-kebun sawit rakyat, pinang dan coklat serta tanaman lainnya. (ma/anl)
Menurut pantauan, Rabu (24/7), hingga pukul 16.00 Wib, saat para penjual mulai memajang dagangannya suasana terlihat sepi dan banyak penjual duduk manis menanti pelanggan. Arus pembeli baru mulai terlihat menjelang pukul 17.00 Wib, itu pun hanya berlangsung singkat dan satu jam kemudian suasana kembali berangsur sepi.
Pasar penganan pembuka puasa di Tapaktuan menawarkan berbagai jenis kue, mulai kue tradisional, seperti lepat koci, boh rum-rum, kue talam dan berbagai jenis lainnya. Sementara minuman pembuka meliputi antara lain es campur, es teller, sop buah, air tebu, air kelapa muda, es kacang.
Para penjual mangkal di sejumlah ruas jalan protokol di pusat kota dengan etalase penuh barang dagangan. Seperti di Jalan Merdeka, Jalan Sudirman, Jalan A.Yani, dan Jalan Syeikh Abdurrauf, hingga Jalan TR Angkasah di Lhok Bengkuang di wilayah timur kota.
Kue rata-rata dijual dengan harga Rp2.000/3 buah hingga Rp1.000/buah. Sementara minuman pembuka termasuk air kelapa muda berkisar dari Rp3.000/porsi hingga Rp5.000/porsi.
Menurut keterangan, sepinya pasar penanganan dan minuman pembuka puasa diperkirakan akibat pengaruh bulan tua, atau di pengujung bulan di mana belum tiba hari gajian. Diperkirakan, awal bulan atau menjelang akhir Ramadan suasana pasar baru ramai karena sudah tiba hari gajian. “Pembeli memang rada sepi akibat belum tiba hari gajian,” kata Elfiani, seorang penjual kue yang mangkal di Jalan Syeikh Abdurrauf.
Berbeda dengan rata-rata ibukota kabupaten lainnya di Provinsi Aceh, dinamika perekonomian di Tapaktuan sangat tergantung keberadaan pegawai negeri sipil dan aktivitas proyek-proyek pemerintah. Pada saat gajian PNS atau proyek mulai berjalan, suasana pasar terlihat ramai, dan begitu pula sebaliknya.
Jangan heran kalau disebutkan, mungkin Tapaktuan lah satu-satunya kota di Aceh yang memiliki aktivitas pasar hanya setengah hari. Lewat pukul 12.00 Wib siang kota itu langsung sepi. Tidak seperti Blangpidie, Ibukota Kabupaten Aceh Barat Daya, yang merupakan hasil pemekaran Aceh Selatan.
Di Blangpidie pasar hidup hingga malam hari karena didukung sektor riil. Masyarakat tidak hanya mengharapkan peredaran uang dari gaji PNS dan dana proyek pemerintah, sebab di sana terdapat banyak sumber dana lainnya, seperti dari keberadaan kebun-kebun sawit rakyat, pinang dan coklat serta tanaman lainnya. (ma/anl)