Kuisioner 'vulgar' dari Dinas Kesehatan Kota Sabang pada sebuah SMP kota Sabang |
ACEH - Sebuah sekolah menengah pertama di Kota Sabang, Aceh memerintahkan muridnya untuk mengisi kuisioner berisi seruan untuk mengukur alat kelamin. Hal tersebut secara langsung ditentang oleh Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan.
Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemendikbud Ibnu Hamad menilai pengisian kuisioner tersebut berlebihan. Bahkan, ujarnya, untuk tes kesehatan sendiri tidak sedemikiannya.
"Itu melampaui batas, kuisioner tersebut tidak lazim digunakan," kata Ibnu saat dihubungi, Rabu (4/9).
Ibnu menuturkan, kuisioner tersebut harus segera ditarik. Ia merasa pengumpulan data ukuran kelamin siswa yang mengatasnamakan tes kesehatan reproduksi itu tidak diperlu.
"Masuk ke pendidikan kedinasan saja tidak segitu-segitu amat tesnya," tegas Ibnu.
Ia juga menilai, yang perlu bertanggung jawab atas kejadian tidak pantas tersebut adalah kepala sekolah dari SMP kota Sabang tersebut. Seharusnya, menurutnya, kepala sekolah lebih bisa mengawasi dengan baik. Sehingga kejadian seperti ini tidak perlu terjadi. Dengan adanya hal ini, ia berharap tidak akan ada sekolah-sekolah lain yang ikut menyebarkan kuisioner serupa hanya untuk alasan tes kesehatan.
Kuisioner tersebut disebarkan oleh pihak Dinas Kesehatan Kota Sabang. Dalam kuisioner yang disebarkan, para siswa diminta mengisi ukuran alat kelamin mereka. Di dalamnya, terdapat pula gambar alat kelamin laki-laki. Mereka diminta untuk melingkari bagian-bagian yang disesuaikan dengan pertanyaan-pertanyaan terkait alat kelamin mereka.
Sementara untuk perempuan, mereka disuruh mengisi ukuran payudara mereka. Kegiatan tersebut menurut dinas kesehatan setempat dilakukan agar mengetahui kondisi alat reproduksi siswa dan siswi. (mia)
Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemendikbud Ibnu Hamad menilai pengisian kuisioner tersebut berlebihan. Bahkan, ujarnya, untuk tes kesehatan sendiri tidak sedemikiannya.
"Itu melampaui batas, kuisioner tersebut tidak lazim digunakan," kata Ibnu saat dihubungi, Rabu (4/9).
Ibnu menuturkan, kuisioner tersebut harus segera ditarik. Ia merasa pengumpulan data ukuran kelamin siswa yang mengatasnamakan tes kesehatan reproduksi itu tidak diperlu.
"Masuk ke pendidikan kedinasan saja tidak segitu-segitu amat tesnya," tegas Ibnu.
Ia juga menilai, yang perlu bertanggung jawab atas kejadian tidak pantas tersebut adalah kepala sekolah dari SMP kota Sabang tersebut. Seharusnya, menurutnya, kepala sekolah lebih bisa mengawasi dengan baik. Sehingga kejadian seperti ini tidak perlu terjadi. Dengan adanya hal ini, ia berharap tidak akan ada sekolah-sekolah lain yang ikut menyebarkan kuisioner serupa hanya untuk alasan tes kesehatan.
Kuisioner tersebut disebarkan oleh pihak Dinas Kesehatan Kota Sabang. Dalam kuisioner yang disebarkan, para siswa diminta mengisi ukuran alat kelamin mereka. Di dalamnya, terdapat pula gambar alat kelamin laki-laki. Mereka diminta untuk melingkari bagian-bagian yang disesuaikan dengan pertanyaan-pertanyaan terkait alat kelamin mereka.
Sementara untuk perempuan, mereka disuruh mengisi ukuran payudara mereka. Kegiatan tersebut menurut dinas kesehatan setempat dilakukan agar mengetahui kondisi alat reproduksi siswa dan siswi. (mia)