sponsor

sponsor

Slider

LINTAS NANGGROE

LINTAS ACEH SELATAN

INFO GURU DAN CPNS

Pasang Iklan Murah Hanya Disini !

INFO PENDIDIKAN

LINTAS ARENA

R A G A M

INFO KAMPUS

Gallery

» » Suku Aneuk Jamee Di Aceh Selatan

Pengantar
Sebagai salah seorang Aneuk Jamee, saya berkewajiban untuk mencari tahu asal – usul dari sebuah suku yang sebagian besar terdapat di Kabupaten Aceh Selatan dan di Kecamatan Kluet Selatan pada khususnya. Suku tersebut adalah Suku Aneuk Jamee. Banyak versi yang beredar dimasyarakat tentang muasal Suku Aneuk Jamee tersebut. Namun saya tidak ciut sedikitpun untuk terus mencari tahu karena asal dan usul wajib untuk dicari tahu agar kedepannya saya dan juga anda dapat memahami siapa itu aneuk jamee.

Asal - usul Suku Aneuk Jamee

Suku Aneuk Jamee adalah sebuah suku yang tersebar di sepanjang pesisir barat Aceh. Dari segi bahasa, Aneuk Jamee diperkirakan masih merupakan dialek dari bahasa Minangkabau dan menurut cerita, mereka memang berasal dari Ranah Minang. Orang Aceh menyebut mereka sebagai Aneuk Jamee yang berarti tamu atau pendatang. Bahasa yang digunakan bukan bahasa padang lagi tapi Bahasa Jamee, mirip tapi tidak persis sama. Kalau di Daerah Kluet selatan, Tapaktuan, Blangpidie dan Susoh hampir semua masyarakat bisa berbahasa jamee dan Aceh, bahkan terkadang disaat berkomunikasi sudah bercampur dalam penggunaan bahasanya dengan bahasa Aceh.

Umumnya Suku Aneuk Jamee terkonsentrasi di kabupaten Aceh Selatan, Aceh Barat Daya, Nagan Raya dan sebagian kecil di sekitar Meulaboh, Aceh Barat. Namun sebagian besar diantaranya berdiam di sepanjang pesisir selatan Aceh, meliputi Aceh Selatan yakni Kecamatan Kluet Selatan hingga ke Aceh Barat Daya.

Konon ceritanya, ketika perang paderi berlangsung, para pejuang paderi mulai terjepit oleh serangan kolonial Belanda. Minangkabau pada saat itu adalah bagian dari kerajaan Aceh mengirim bantuan balatentara. ketika keadaan makin kritis rakyat terpaksa di eksoduskan, pada saat itu mulailah Rakyat Minangkabau bertebaran di pantai Barat Selatan Aceh. Bahasa Padang tetap digunakan dengan berasimilasi dengan bahasa Aceh jadilah bahasa “jamee”. tidak banyak perubahan cuma beberapa konsonan dan vokal dan sedikit dialeknya yang berubah.

Versi lain Seperti informasi yang saya dapatkan dari Firman Hadi seorang teman yang bekerja di bidang jurnalistik yang mengatakan :
Aneuk Jamee di Aceh Selatan menempati di daerah-daerah pesisir yang dekat dengan laut. mungkin jalur perpindahan nenek moyang dulu adalah dari jalur ini. dulu hidup dari berkebun dan melaut. seiring perkembangan zaman, seiring dengan kemajemukan, hidup terus berkembang. ada pengusaha, pedagang, pejabat, PNS, dan lain sebagainya. semuanya hidup dalam porsinya masing-masing.

Komunitas Aneuk Jamee tidak terkonsentrasi pada tempat tertentu, melainkan menyebar. misalnya dalam suatu kecamatan tidak semuanya dihuni oleh suku aneuk jamee saja. Mereka bercampur dengan suku asli aceh. Paling hanya di dalam desa masing - masing saja yang membedakan komunitasnya. Namun dalam desa itu dapat juga kita jumpai orang berbicara dengan dual bahasa, yakni bahsa aceh dan jamee/minang. Hal ini mungkin karena ada hubungan famili yang berbahasa aceh di desa lain. Kecuali kecamatan tapaktuan, di kecamatan kota ini, aslinya memang semuanya dari aneuk jamee, kecuali pendatang yang bekerja dan menetap di kota ini berasal dari kecamatan lain.

Dari 18 kecamatan di Aceh Selatan, banyak diantaranya tidak ada komunitas aneuk jamee. Dominan suku aneuk jamee ada di beberapa kecamatan yakni :

1. Blang pidie, (plural)
2. Susoh (plural)
3. tangan-tangan (plural)
4. Labuhan Haji (sangat Dominan Jamee)
5. Sama dua (sangat dominan Jamee)
6. Tapaktuan (100% Jamee aslinya, kecuali pendatang, pejabat dan pns yang menetap di kota ini)
7. Kandang (nama wilayah yang terdiri 1 Mukim), berada di kecamatan Kluet Selatan.

Suku Aneuk Jamee di Kluet Selatan.

Komunitas Aneuk jamee hanya terpusat di mukim Kandang, berada di wilayah pantai, selebihnya dari kecamatan ini adalah suku Aceh dan suku Kluet atau Keluat yang tersebar disekitar wilayah gunung.

Ada fakta yang paling unik di kecamatan ini, jika anda pergi dihari pekan, Uroe Pekan, atau hari pakan, dan sejenisnnya di daerah ini, anda kemungkinan akan menemukan komunikasi di pasar dengan tiga bahasa, bahsa Aceh, bahasa Jamee, dan bahasa Kluet (keluat). Mereka menggunakan bahasanya masing-masing dan juga mereka mengerti apa yang diucapkan oleh lawan bicara yang menggunakan bahasa berbeda.

“Bahasa bukanlah halangan untuk hidup bersama”.

Walaupun ada dari komunitas aneuk jamee itu tidak berbahasa aceh, itu berkaitan dengan komunitas dan pergaulan komunitas tempat tinggalnya dan pergaulannya. Maka ada yang tidak bisa berbahasa aceh dan juga sebaliknya. Seperti halnya Tapaktuan dan Suaq Bakung hingga ke Kedai Runding Kecamatan Kluet Selatan, rata-rata penduduknya memang tidak mempergunakan berbahasa aceh secara baik dan benar, dikarenakan bahasa sehari - hari adalah bahasa jamee itu sendiri. Dominan penduduknya disini adalah berbahasa jemee/minang.

Saudara-saudara kita disana yang biasanya berbahasa aceh atau dari keluarga yang menggunakan bahasa aceh, terkadang lebih suka menggunakan bahasa jamee/minang untuk bergaul, dengan alasan ingin mencoba variasi bahasanya dan menurut mereka bahasanya juga agak lebih mudah dimengerti dan mudah dipahami. Pejabat- pejabat disana yang bukan berbahasa jamee juga sering menggunakan bahasa jamee. Dikecamatan lain yang berdekatan pun demikian. 

Dari beberapa amatan yang saya lakukan, banyak juga aneuk jamee fasih berbahasa Aceh. Ini juga faktor plurarisme komunitas tempat berdiam, seperti hal nya di kecamatan Kluet Selatan, Blang Pidie sekitarnya. Terkadang sehari-hari mereka menggunakan dual bahasa. Bagiku, terucap kata “salut” pada mereka yang bisa seperti itu, sebab penguasaan bahasa mereka kaya. Bahkan ada yang bisa menguasai tiga bahasa sekaligus, aceh, jamee dan Kluet (kluwat), seperti di daerah Kluet Selatan dan Kluet Utara. “Double salut” buat mereka.

Tidak ada primordial bahasa di aceh selatan.

Aceh Selatan sangat Plural. Perbedaan tersebut tidak pernah dipermasalahkan, digunjingkan atau menimbulkan konflik. Faktor perbedaan asal dan bahasa tidak berpengaruh dalam bermasyarakat. Menurut mereka semuanya sama saja, semuanya satu. Sebagai kesatuan tempat berdiam, berkomunitas, bertempat tinggal, mencari nafkah, dan hidup bersama, perbedaan tersebut dianggap sebagai bumbu-bumbu keindahan dalam kehidupan bersama.

Disana tidak pernah mempersoalkan “apakah bisa berbahasa jamee atau berbahasa aceh atau bahasa keluat”. Semuanya berkomunikasi menurut bahasa yang mereka bisa gunakan. Ketika orang yang berbahasa aceh tidak bisa berbahasa jamee, komunikasi yang dilakukan adalah dengan bahasa aceh, begitupun sebaliknya.

Kebudayaan Suku Aneuk Jamee adalah kombinasi dari budaya Aceh dan Budaya Minangkabau. Hal ini bisa kita liat dari cara dan perlengkapan adat pengantin wanita yang menambahkan semacam suntiang (mahkota ) dikepala yang merujuk kepada adat dari daerah Bukit Tinggi. Sementara pada pakaian adat pria tetap mengikuti adat aceh yang sama – sama telah kita ketahui.

Tradisi Hari Meugang ( sehari sebelum bulan Ramadhan )
Salah satu tradisi unik di hari Meugang ( hari magang ) ini adalah tradisi yang ada pada masyarakat suku bangsa Aneuk Jamee, khususnya di daerah Kluet Selatan ( kandang ) . Di daerah ini di hari Meugang dikenal adanya tradisi Mambantai dan Balamang. Kedua tradisi ini selalu dilaksanakan setiap tahun sebelum Ramadhan setiap generasi ke generasi.

Mambantai adalah tradisi penyembelihan hewan yang nantinya dimasak untuk keperluan Meugang. Kegiatan ini dilakukan oleh kaum laki-laki. Mereka berkumpul di sebidang tanah yang cukup luas. Prosesi ini dipimpin oleh seorang pawang (kadang dipimpin oleh Imam Chik mesjid atau Meunasah ) yang benar-benar memahami tata cara dan doa dalam penyembelihan dan dibantu oleh beberapa orang yang bertugas mengikat kaki dan merebahkan hewan yang akan disembelih dengan posisi menghadap kiblat. Sampai pada proses pemotongan daging dan siap dimasak oleh kaum perempuan.

Selain itu, dihari yang sama ada pula

Balamang
Tradisi Balamang yang dilaksanakan oleh hampir semua keluarga disana. Balamang berarti tradisi memasak lemang. Uniknya Lemang tersebut dimasak bersama-sama oleh semua anggota keluarga. Tradisi Balamang kerap dijadikan sebagai 'hari pulang kampung' bagi anggota keluarga yang selama ini berada atau bertugas di daerah lain.

Tradisi ini kerap dilakukan oleh pihak perempuan yang ada dalam keluarga yang biasanya diikuti oleh tiga generasi; nenek, ibu dan anak perempuan. Mereka mendapat porsi tugas masing-masing sesuai usia. Nenek dianggap orang yang paling ahli dalam memasak lemang. Ia bertugas sebagai orang yang mengaduk semua bahan dengan takaran yang sesuai. Selain itu ia juga yang paling mengerti cara memasukkan beras kedalam bambu. Generasi yang lebih muda kebagian tugas mencari, memotong dan membersihkan bambu untuk memasak lemang. 

Suatu hal yang menjadi pantangan bahwa bambu (buluh) tidak boleh dilangkahi karena dapat menyebabkan beras ketan yang dimasak di dalam buluh tersebut alak akan keluar (menjulur) saat proses pemanggangan (dibakar di bara api) dalam posisi berdiri bersandar pada besi tungku. Biasanya bambu dicuci di sungai dengan menggunakan sabut kelapa untuk mengikis miang yang melekat pada bambu (buluh) agar tidak gatal lagi. Gerakan menggosok batang bambu juga ditentukan yaitu satu arah, tidak boleh bolak balik untuk mencegah miang tadi melekat kembali. Gerakannya juga tidak boleh terlalu keras agar tidak merusak buluh. Generasi kedua ini juga bertugas memeras santan dengan memisahkan santan kental dan encer. 

Sedangkan generasi ketiga adalah generasi yang sudah harus mempelajari cara memasak lemang. Ia harus memperhatikan dengan baik setiap prosesnya. Tugasnya lebih ringan, mulai dari mencari daun pisang, lalu memilih dan memotong daun muda yang tidak mudah robek untuk dimasukkan ke dalam buluh lemang. Ia juga harus mencuci beras hingga bersih.

Sementara cukup segini dulu bahasan tentang Aneuk Jamee. Sepertinya banyak lagi yang akan saya bahas tentang Aneuk Jamee dan bahasanya. 

Penulis: David Effendi (Dee Milano)
Pemilik website : www.dmilano.wordpress.com - www.cangkirkupi.com

Tulislah Pendapatmu tentang Artikel diatas.

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama