sponsor

sponsor

Slider

LINTAS NANGGROE

LINTAS ACEH SELATAN

INFO GURU DAN CPNS

Pasang Iklan Murah Hanya Disini !

INFO PENDIDIKAN

LINTAS ARENA

R A G A M

INFO KAMPUS

Gallery

» » Prosesi Sunat Rasul Suku Aneuk Jamee

BINGKAI - Kluet Selatan adalah sebuah kecamatan yang tergabung dalam wilayah kabupaten Aceh Selatan. Kluet Selatan beribukota Kandang yang terletak di gampong Suaq Bakong. Didaerah ini kehidupan masyarakatnya sangat damai dan tenteram.

Ada beberapa suku yang mendiami gampong Suaq Bakong seperti suku Aceh asli, suku Aneuk Jamee dan suku Kluwat dan semuanya sudah membaur erat dengan masyarakat sekitar sehingga banyak terlahir adat budaya yang beragam.

Walaupun dalam hal adat masih tetap berlaku aturan adat asli aceh, namun ada diantaranya telah terjadi pembauran dengan adat pariaman (minang) yang dianut oleh suku aneuk jamee sebagai suku mayoritas dikecamatan Kluet Selatan.

Setiap acara yang melibatkan pengurus Adat dan Hukum pada suku aneuk jamee di Kabupaten Aceh Selatan sangat unik serta mengandung makna yang mendalam disetiap prosesinya. Seperti halnya dengan prosesi Khitan ( Sunat Rasul ), Sejak awal hingga akhir harus diperhitungkan sebaik mungkin oleh tuan rumah dan kemudian harus disetujui oleh pimpinan Adat dan Hukum sehingga pelaksanaan acara tersebut nantinya berjalan dengan baik.

Bukan berarti ada tindakan semena - mena yang dilakukan oleh pimpinan adat dan hukum sehingga harus disetujui atau tidak, namun semua itu erat kaitannya dengan kebiasaan masyarakat.
Intinya begini, jika pimpinan adat dan hukum telah menyetujui acara khitan tersebut maka seluruh masyarakat gampong (desa) pun akan mendukung dan ikut serta membantu pihak tuan rumah dari awal hingga akhir acara yang memakan waktu hingga 3 minggu itu.

Adapun nama – nama prosesi acara khitanan di sebahagian Aceh Selatan banyak menggunakan bahasa minangkabau yang telah dibaurkan dengan bahasa aceh dan bahasa kluwat, namun kurasa orang minang pasti mengerti juga. Baiklah saya akan menyebutkan beberapa Prosesi Sunat Rasul Suku Aneuk Jamee.

1. Duduak Niniak Mamak
Sebelum melaksanakan kenduri Sunat Rasul (khitan), pihak keluarga melakukan musyawarah dan mufakat dengan keluarga dekat yang disebut dengan Niniak Mamak. Peran daripada Niniak Mamak itu sangat vital dalam musyawarah itu dan tetap harus dilibatkan.

Duduak Niniak Mamak dilakukan untuk menetapkan tanggal, hari dan bulan acara yang akan dilaksanakan. Setelah kesepakatan ditetapkan maka selanjutnya pihak keluarga menyiapkan persiapan, salah satunya mengutus salah satu dari yang bersangkutan untuk menghadap kepada pimpinan adat dan hukum serta mengabarkan hasil musyawarah tadi. Kemudian pihak adat dan hukum akan membahasnya, jika sudah disetujui maka tahapan selanjutnya akan dilaksanakan.

2. Pasang Tampek ( Mempersiapkan tempat acara )
Setelah waktu ditetapkan oleh pimpinan adat dan hukum, masyarakat yang diundang oleh tuan rumah (pemuda dan pemudi) bantu membantu melakukan persiapan untuk acara sunatan rasul (khitan) dirumah yang punya kenduri (pesta).

Adapun proses persiapan itu akan dipimpin langsung oleh ketua pemuda setempat, tugas pemuda adalah memasang jambua ( teratak ) dan juga membantu kaum ibu untuk memasang langit - langit didalam.

Sementara tugas kaum pemudi dan kaum ibu adalah memasang perlengkapan didalam seperti memasang tabie, memasang banta basusun dan mengatur letak gabak - gabak (simbol adat) agar sesuai dengan nilai adat yang dikandung ( hal ini akan diatur oleh seseorang yang mengerti simbol - simbol adat). Jadi, tidak sembarangan memasangnya sob.

3. Malam Duduak Rami (musyawarah dengan masyarakat)
Duduak rami merupakan acara vital yakni duduk bersama dengan segenap masyarakat desa terutama dengan pimpinan adat dan hukum serta perangkat-perangkat gampong (desa) lainnya, Acara ini biasanya dilaksanakan setelah usai shalat isya.

Seluruh masyarakat gampong (desa) datang beramai - ramai ke rumah kenduri ( tempat pesta) sambil membawa buah tangan berupa sekilo gula pasir atau amplop berisi uang sekedarnya untuk disumbangkan kepada tuan rumah.

Prosesi ini juga memberitahukan kepada masyarakat bahwa pimpinan adat dan hukum telah menyetujui acara kenduri tersebut sehingga masyarakat sudah berkewajiban untuk saling membantu karena dalam acara ini pihak tuan rumah akan menyerahkan secara resmi segala urusan dapur kepada masyarakat untuk dikelola sebaik mungkin selama acara kenduri ini berlangsung.

Jadi nantinya, mengenai makan dan minum undangan semua sudah dibawah kendali orang dapur ( ada ketuanya ) untuk menghidangkan.

4. Ba Inai
Ba Inai atau memakai inai (pacar) di sekitar ujung jari tangan kaki pada Linto yang akan disunat rasul(khitan), kegiatan ini dimulai dari malam Duduak rami setelah tamu pulang hingga tiga malam berturut-turut.

Ba Inai biasa dikerjakan oleh perempuan-perempuan remaja yang masih memiliki hubungan famili maupun tetangga dengan linto untuk memasangkan ditangan dan ditelapak kaki.

Linto adalah sebutan kepada mempelai pria dan kepada anak lelaki yang akan dikhitan.

5. Basuntiang
Basuntiang adalah prosesi peusijuk (pemberkahan secara adat) terkadang disebut juga dengan  acara Antek Inai (mengantarkan inai dan perlengkapan lainnya oleh ibu - ibu kepada linto). Prosesi ini biasanya akan dilaksanakan satu hari setelah malam duduak rami. Basuntiang  ini dilakukan oleh beberapa pihak keluarga terdekat atau yang memiliki hubungan kekerabatan dengan keluarga yang menyelenggarakan acara.

Acara basuntiang ini sifatnya seperti utang tersirat artinya pihak tuan rumah yang sudah mendapatkan perlengkapan pesuntiang ini dari tamu atau keluarga dekat, berkewajiban melakukan hal yang sama pula pada saat pihak pesuntiang yang lain akan menyelenggarakan  acara  sunat rasul maupun acara pernikahan. Balas berbalas lah pokoknya. heheee..

Prosesi ini biasa dilaksanakan selama tiga hari sebelum Linto dikhitan.

6. Hari Urang Datang
Maksud dari prosesi ini adalah dimana para ibu-ibu baik itu tetangga maupun dari luar gampong yang diundang datang beramai - ramai membantu menyiapkan persiapan untuk acara puncak pada keesokan harinya. Hal yang akan dilaksanakan pada prosesi ini antara lain mempersiapkan masakan untuk dimakan bersama nantinya. Pada prosesi ini kebanyakan yang datang adalah kaum ibu, dengan membawa buah tangan seperti gula atau kado yang nanti diserahkan pada keluarga tuan rumah.

Setelah menyerahkan kado tersebut maka ibu - ibu tadi ikut membantu mempersiapkan masakan didapur. Bagi ibu - ibu yang sudah tua ( nenek - nenek) biasanya membantu mempersiapkan sirih bersusun dan keperluan lain yang berkaitan dengan prosesi puncak keesokan harinya.

Prosesi ini hanya melibatkan tamu - tamu dalam lingkar gampong (desa) saja.

7. Hari Puncak
Pada hari tersebut tuan rumah telah memperisapkan jamuan ( makanan dan minuman) kepada para tamu undangan yang datang kerumah untuk mengucapkan kata – kata selamat dan bersalaman dengan Linto khitan dan orang tuanya.

Jika kemaren yang datang adalah tamu - tamu dalam lingkar gampong saja, maka pada hari puncak ini, yang datang menghadiri merupakan undangan dari jauh dan tamu undangan dari dinas. Biasanya para tamu akan dihibur oleh hiburan - hiburan seperti tarian atau sekarang paling sering dihibur dengan tarian daerah, kesenian islam dan musik keyboard (organ tunggal).

Dihari tersebut merupakan hari dimana linto akan melaksakan proses khitan.

8. Mandi Pucuak (Mandi bersiram air dalam janur )
Prosesi ini dilakukan sekitar jam 2 - 3 siang. Acara Mandi pucuak adalah memandikan si linto dengan air dalam janur kuning, acara mandi pucuak ini akan dipimpin oleh ibu kepala desa kepada si linto secara bergiliran dilaksanakan hingga terakhir si linto akan dimandikan oleh kedua orang tuanya.

Biasanya diacara ini akan disertai dengan alunan selawat dan tarian Hasyem Meulangkah. Sebelum prosesi mandi pucuak ini, si Linto akan terlebih dahulu dipangkas rambutnya oleh orang pilihan dari keluarganya.

8. Menyerahkan ke Mudin ( Tukang Khitan)
Prosesi menyerahkan ke Mudin dilakukan setelah acara mandi pucuak, Linto kembali menggunakan pakaian adat aceh. Acara ini merupakan proses penyerahan anak dari orang tua ke mudin ( Tukang Khitan) dengan tujuan agar dalam proses khitan nanti si Tukang Khitan akan menjamin dan menjaga keselamatan si Linto seperti menjaga anaknya sendiri.

Dalam sesi itu juga diadakan makan bersama antara si Linto dengan Mudin / mudem (Tukang Khitan)

9. Sunat/Khitan
Setelah serangkaian acara diatas, barulah masuk pada pokok acara yaitu Khitan. Acara yang mendebarkan hati ini  biasanya berlangsung setelah para undangan sudah pulang dan tinggallah sanak famili yang menunggu acara utama, biasanya proses khitan berlangsung sekitar sore hari.

Waktunya akan ditentukan oleh mudin ( tukang khitan ) menurut ilmu alam yang dimilikinya.

10. Bajago
Bajago merupakan tradisi yang dilakukan oleh pemuda untuk menjaga si Linto pasca khitan. Setelah khitan, si Linto tidak boleh melakukan aktivitas yang bebas, hanya boleh tidur untuk mempercepat penyembuhan luka.

Dalam proses penyembuhan inilah para pemuda akan berjaga dimalam hari selama tiga malam untuk melayani si sakit sampai  fajar. Selama  berjaga para pemuda melakukan aktivitas dengan bermain catur, bercerita dan aktivitas lainnya supaya tidak tertidur. Terkadang Linto dan warga sekitar dihibur oleh beberapa acara seperti tarian Seudati, Debus dan Bakaba.

Hiburan tersebut tergantung pada kemampuan tuan rumah untuk mengadakannya.

11. Tuwun Ka ayia ( Turun kesumur untuk membuka perban luka khitan )
Prosesi ini dilaksanakan setelah dua  atau tiga hari si Linto selesai dikhitan. Pada sesi ini Linto akan menjalani acara yang disebut Tuwun ka Ayia (pergi ke sumur dan melepaskan perban dikelamin yang telah di khitan). Linto akan dikawal oleh pamannya atau familinya membantu melepaskan perban tadi. Biasanya dilakukan setelah matahari naik, ( sekitar jam 9 pagi).

Pada siang harinya, dilaksanakan pembacaan doa yang dipimpin oleh salah satu ulama mesjid dan juga linto akan makan siang bersama dengan anak yatim.

11. Minta Izin
Acara ini adalah prosesi berkumpul kembali pimpinan adat dan hukum serta masyarakat dengan tuan rumah. Pada sesi ini tuan rumah menyampaikan ucapan terima kasih kepada masyarakat karena telah membantu mempersiapkan kenduri (pesta) dari awal hingga akhir dengan lancar.

Setelah makan bersama maka pihak tuan rumah mengeluarkan empat buah jamba ( nasi tumpeng). Jamba tersebut akan diserahkan secara adat kepada  perangkat  adat dan hukum, ketua Pemuda, orang dapur ( telah ditentukan). Sementara satu jamba terakhir diserahkan kepada ketua kaum ibu yang telah membantu mempersiapkan perlengkapan adat.

Acara minta izin ini biasa berlangsung pada malam hari setelah shalat Isya dan sekaligus sebagai tanda berakhirnya sebuah kenduri (pesta) di gampongku di Kecamatan Kluet Selatan dan Aceh Selatan pada umumnya.

Begitulah sederetan Prosesi Khitan di Kluet Selatan Kebupaten Aceh Selatan. Dalam hal melayani undangan biasanya dijamu dengan hidangan dalam talam atau Baki. Namun belakangan ini tradisi menjamu dalam baki (talam) sudah mulai digantikan dengan istilah jamuan ala perancis. Dimana tradisi ini merupakan adat barat dimana para undangan datang, makan dan pulang. So, mari melestarikan adat istiadat yang diwariskan nenek monyang kita sebagai penghargaan/bukti bahwa mereka pernah ada.

Penulis merupakan pemilik website www.cangkir kupi.com dan www.dmilano.com

Tulislah Pendapatmu tentang Artikel diatas.

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama