JAKARTA - Biaya kuliah fakultas kedokteran (FK) di kampus negeri dinilai masih mencekik. Untungnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berhasil menemukan sejumlah penyebab tingginya biaya kuliah untuk menjadi dokter itu. Mereka berjanji menekan biaya kuliah di FK mulai tahun akademik 2013-2014 ini.
Mendikbud Mohammad Nuh mengatakan, setidaknya mereka telah menemukan dua faktor yang menyebabkan biaya kuliah calon dokter menjadi mahal. Yakni para calon dokter di wajibkan praktek di rumah sakit umum (RSU) pemkab, pemkot, pemprov, atau pusat. Selain itu, selama praktek para mahasiswa juga wajib menempel atau menjadi co-asisten dokter yang bukan pegawai PTN.
"Jadi kita fokus untuk mengatasi dua persoalan itu. Jika berhasil, kita yakin biaya kuliah FK di PTN tidak semahal sekarang," ujar menteri asal Surabaya itu. Nuh menuturkan pihaknya sudah tidak menganjurkan lagi setiap FK di PTN bekerjasama dengan RS umum untuk melaksanakan praktek pelayanan kesehatan.
Model seperti ini menurut Nuh wajar jika ujungnya menimbulkan cost tanggungan mahasiswa yang mahal. "Kemendikbud atau PTN tidak bisa mengontrol tarif mahasiswa praktek di RS umum. Karena sudah berbeda institusi," kata dia.
Nuh juga mengatakan tarif atau biaya mahasiswa praktek yang dibebankan RS umum ke mahasiswa, tidak bisa dijamin akuntabilitasnya. "Kemendikbud kan tidak tahu, biaya praktek itu benar-benar masuk ke manajemen RS umum tempat praktek atau jangan-jangan masuk ke oknum pimpinan RS," terang dia.
Sebagai solusi, Nuh mengupayakan setiap FK di PTN memiliki RS Pendidikan. Untuk itu Kemendikbud terus menggenjot jumlah RS Pendidikan di PTN yang menyelenggarakan FK. Secara kelembagaan, RS Pendidikan ini adalah satuan unit yang ada di bawah kampus. Aneka tarif yang ditetapkan RS Pendidikan, tetap sepengetahuan rektor atau Kemendikbud. Selain itu untuk pemenuhan peralatan medis, juga disuplai Kemendikbud.
"Jadi jika setiap FK nanti prakteknya di RS Pendidikan, biaya praktenya tidak mahal seperti sekarang ini," ujar mantan rektor ITS itu. Kemendikbud berjanji setiap tahun jumlah RS Pendidikan di PTN bakal terus ditambah. Skenario seperti ini juga diharapkan berlaku di kampus swasta.
Selanjutnya Nuh juga mengatakan biaya atau komisi mahasiswa calon dokter kepada dokter pengampu saat praktek juga besar. "Dalam masa praktek mahasiswa calon dokter kan nyantrik ke dokter RS umum, itu ada biayanya sendiri," kata Nuh. Semakin senior dokter pembimbingnya, biasanya fee selama praktek kian mahal.
Nuh mengatakan dengan praktek di RS Pendidikan, mahasiswa tidak perlu lagi dibebani fee ke dokter pengampu praktek. Sebab dokter pengampu praktek sudah digaji dan mendapat tunjangan tambahan selama menjadi pengampu dari pemerintah.
Dia lantas mengalogikan persoalan mahalnya biaya kuliah di FK dengan tingginya tarif telpon ketika masih menjabat sebagai Menkominfo pada 2007 silam. "Dulu kasusnya juga sama. Tarif telepon seluler beda operator dulu mahal sekali, tetapi setelah persoalannya diurai sekarang jauh lebih murah," kata dia. Nuh menuturkan jika persoalan mahalnya tarif telepon seluler dulu karena adanya sistem interkoneksi.
Nuh tidak memungkiri jika sistem baru perkuliahan dokter yang tidak lagi bekerjasama dengan RS umum bakal menuai pertentangan. Entah itu dari organisasi profesi dokter atau dari RS umum sendiri.
Namun dia mengatakan jika Kemendikbud sudah mengambil komitmen jika biaya kuliah untuk mahasiswa calon dokter harus ditekan, selain itu kuotanya harus ditambah. "Saya bongkar ya, dokter-dokter yang sekarang sudah senior itu dulu kuliahnya murah. Tapi saya heran kenapa sekarang kok mahal," pungkasnya. (wan/jpnn)
Mendikbud Mohammad Nuh mengatakan, setidaknya mereka telah menemukan dua faktor yang menyebabkan biaya kuliah calon dokter menjadi mahal. Yakni para calon dokter di wajibkan praktek di rumah sakit umum (RSU) pemkab, pemkot, pemprov, atau pusat. Selain itu, selama praktek para mahasiswa juga wajib menempel atau menjadi co-asisten dokter yang bukan pegawai PTN.
"Jadi kita fokus untuk mengatasi dua persoalan itu. Jika berhasil, kita yakin biaya kuliah FK di PTN tidak semahal sekarang," ujar menteri asal Surabaya itu. Nuh menuturkan pihaknya sudah tidak menganjurkan lagi setiap FK di PTN bekerjasama dengan RS umum untuk melaksanakan praktek pelayanan kesehatan.
Model seperti ini menurut Nuh wajar jika ujungnya menimbulkan cost tanggungan mahasiswa yang mahal. "Kemendikbud atau PTN tidak bisa mengontrol tarif mahasiswa praktek di RS umum. Karena sudah berbeda institusi," kata dia.
Nuh juga mengatakan tarif atau biaya mahasiswa praktek yang dibebankan RS umum ke mahasiswa, tidak bisa dijamin akuntabilitasnya. "Kemendikbud kan tidak tahu, biaya praktek itu benar-benar masuk ke manajemen RS umum tempat praktek atau jangan-jangan masuk ke oknum pimpinan RS," terang dia.
Sebagai solusi, Nuh mengupayakan setiap FK di PTN memiliki RS Pendidikan. Untuk itu Kemendikbud terus menggenjot jumlah RS Pendidikan di PTN yang menyelenggarakan FK. Secara kelembagaan, RS Pendidikan ini adalah satuan unit yang ada di bawah kampus. Aneka tarif yang ditetapkan RS Pendidikan, tetap sepengetahuan rektor atau Kemendikbud. Selain itu untuk pemenuhan peralatan medis, juga disuplai Kemendikbud.
"Jadi jika setiap FK nanti prakteknya di RS Pendidikan, biaya praktenya tidak mahal seperti sekarang ini," ujar mantan rektor ITS itu. Kemendikbud berjanji setiap tahun jumlah RS Pendidikan di PTN bakal terus ditambah. Skenario seperti ini juga diharapkan berlaku di kampus swasta.
Selanjutnya Nuh juga mengatakan biaya atau komisi mahasiswa calon dokter kepada dokter pengampu saat praktek juga besar. "Dalam masa praktek mahasiswa calon dokter kan nyantrik ke dokter RS umum, itu ada biayanya sendiri," kata Nuh. Semakin senior dokter pembimbingnya, biasanya fee selama praktek kian mahal.
Nuh mengatakan dengan praktek di RS Pendidikan, mahasiswa tidak perlu lagi dibebani fee ke dokter pengampu praktek. Sebab dokter pengampu praktek sudah digaji dan mendapat tunjangan tambahan selama menjadi pengampu dari pemerintah.
Dia lantas mengalogikan persoalan mahalnya biaya kuliah di FK dengan tingginya tarif telpon ketika masih menjabat sebagai Menkominfo pada 2007 silam. "Dulu kasusnya juga sama. Tarif telepon seluler beda operator dulu mahal sekali, tetapi setelah persoalannya diurai sekarang jauh lebih murah," kata dia. Nuh menuturkan jika persoalan mahalnya tarif telepon seluler dulu karena adanya sistem interkoneksi.
Nuh tidak memungkiri jika sistem baru perkuliahan dokter yang tidak lagi bekerjasama dengan RS umum bakal menuai pertentangan. Entah itu dari organisasi profesi dokter atau dari RS umum sendiri.
Namun dia mengatakan jika Kemendikbud sudah mengambil komitmen jika biaya kuliah untuk mahasiswa calon dokter harus ditekan, selain itu kuotanya harus ditambah. "Saya bongkar ya, dokter-dokter yang sekarang sudah senior itu dulu kuliahnya murah. Tapi saya heran kenapa sekarang kok mahal," pungkasnya. (wan/jpnn)