JAKARTA - Pengamat pendidikan Dharmaningtyas menilai, kurikulum nasional tahun 2013 yang akan disusun memenuhi standar internasional, sebenarnya tidaklah diperlukan. Dia mengatakan bahwa standar nasional masih layak untuk dijadikan acuan.
"Insya Allah, standar nasional sudah lebih baik. Nggak perlu menggunakan standar internasional," kata Dharmaningtyas, Minggu (6/2).
Menurut Dharmaningtyas, apabila Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) tetap bersikeras menggunakan standar internasional dalam kurikulum, maka akan ada sejumlah konsekuensi. Contohnya adalah meniadakan Pendidikan Agama yang selama ini diajarkan di sekolah, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga universitas.
"Kalau pakai standar internasional, kan tidak ada Pendidikan Agama," katanya.
Lebih jauh, Dharmaningtyas pun mengkritisi bahwa apabila pemerintah ingin menerapkan standar internasional dalam kurikulum, maka harus ditentukan dulu negara mana yang mau dijadikan acuan.
"Kalau standar internasional, internasionalnya mana? Setiap negara punya acuan masing-masing. Mau pakai standar Inggris, Amerika, Jepang," tuturnya.
Dharmaningtyas pun menilai bahwa standar internasional tidak serta-merta menjamin murid Indonesia bisa berkompetisi di dunia internasional. Menurutnya, bisa-tidaknya murid Indonesia bersaing di luar negeri, lebih ditentukan oleh bagaimana keluarga mempersiapkan anaknya.(ra/de)
sumber: beritasatu
"Insya Allah, standar nasional sudah lebih baik. Nggak perlu menggunakan standar internasional," kata Dharmaningtyas, Minggu (6/2).
Menurut Dharmaningtyas, apabila Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) tetap bersikeras menggunakan standar internasional dalam kurikulum, maka akan ada sejumlah konsekuensi. Contohnya adalah meniadakan Pendidikan Agama yang selama ini diajarkan di sekolah, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga universitas.
"Kalau pakai standar internasional, kan tidak ada Pendidikan Agama," katanya.
Lebih jauh, Dharmaningtyas pun mengkritisi bahwa apabila pemerintah ingin menerapkan standar internasional dalam kurikulum, maka harus ditentukan dulu negara mana yang mau dijadikan acuan.
"Kalau standar internasional, internasionalnya mana? Setiap negara punya acuan masing-masing. Mau pakai standar Inggris, Amerika, Jepang," tuturnya.
Dharmaningtyas pun menilai bahwa standar internasional tidak serta-merta menjamin murid Indonesia bisa berkompetisi di dunia internasional. Menurutnya, bisa-tidaknya murid Indonesia bersaing di luar negeri, lebih ditentukan oleh bagaimana keluarga mempersiapkan anaknya.(ra/de)
sumber: beritasatu
