BANDA ACEH - Pakar Pendidikan Aceh, Darni M Daud menilai perubahan materi kurikulum yang ingin dilaksanakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan bukan jawaban dari kondisi karut marutnya pendidikan di Indonesia saat ini.
"Kurikulum 2013 itu proyek Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, karena didasarkan hal yang saya ketahui dan saya baca, apa yang akan dicapai dari implementasi dari kurikulum tersebut sama sekali bukan jawaban atas persoalan pendidikan di Indonesia," katanya kepada Waspada Online, hari ini.
Profesor Darni bahkan menuding dipaksakannya kurikulum 2013 itu untuk dilanjutkan merupakan sikap tendensius Mendikbud untuk mencari keuntungan.
"Proyek kurikulum 2013 itu sangat tendensius, dan terkesan Mendikbud ingin mengeruk keuntungan dari pelaksanaannnya," ujarnya.
Darni mengibaratkan, kurikulum 2013 itu sebagai sebuah obat yang tidak pada tempatnya. "Inikan aneh, ibaratnya orang sakit kepala, namun justru Mendikbud kasih obat untuk sakit kaki, ini kan gak nyambung," paparnya.
Ia menjelaskan, melihat sistem pendidikan harus komprehensif dan terintegrasi, tidak bisa kemudian memberikan solusi atas persoalan pendidikan secara sepotong-sepotong.
"Manusia itu bukan mesin, karenanya ketika solusi atas persoalan pendidikan adalah perubahan kurikulum, maka itu tidak tepat dilakukan," tukasnya.(waspada/de)
"Kurikulum 2013 itu proyek Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, karena didasarkan hal yang saya ketahui dan saya baca, apa yang akan dicapai dari implementasi dari kurikulum tersebut sama sekali bukan jawaban atas persoalan pendidikan di Indonesia," katanya kepada Waspada Online, hari ini.
Profesor Darni bahkan menuding dipaksakannya kurikulum 2013 itu untuk dilanjutkan merupakan sikap tendensius Mendikbud untuk mencari keuntungan.
"Proyek kurikulum 2013 itu sangat tendensius, dan terkesan Mendikbud ingin mengeruk keuntungan dari pelaksanaannnya," ujarnya.
Darni mengibaratkan, kurikulum 2013 itu sebagai sebuah obat yang tidak pada tempatnya. "Inikan aneh, ibaratnya orang sakit kepala, namun justru Mendikbud kasih obat untuk sakit kaki, ini kan gak nyambung," paparnya.
Ia menjelaskan, melihat sistem pendidikan harus komprehensif dan terintegrasi, tidak bisa kemudian memberikan solusi atas persoalan pendidikan secara sepotong-sepotong.
"Manusia itu bukan mesin, karenanya ketika solusi atas persoalan pendidikan adalah perubahan kurikulum, maka itu tidak tepat dilakukan," tukasnya.(waspada/de)
